• Karen and Mateo Wedding

    The groom love the ocean, this is their special place where they come to get away from it all — and it’s where they wanted to start this new chapter of life.

  • Karen and Mateo Wedding

    Beach was a place that special to the couple and that came through. So chill. So laid-back. Just perfect.

  • Karen and Mateo Wedding

    Even on a very small intimate scale, a romantic glam wedding is just magical, and it’s not as difficult to pull together as you might think.

  • Aline and Crish Wedding

    Authentic Balinese Rice Paddy Wedding Inspiration. Look how a modern romantic gown with lace cape can fit perfectly into a beautiful rice field.

  • Paul and Lynda Wedding

    Spectacular outdoor wedding at Padma Ubud Resort. When planning a romantic wedding theme, consider an open-air ceremony space to bring in the naturally beautiful elements of the outdoors. For this wedding, wooden ornament kept the overall design soft and ethereal..

Trending Pernikahan Abad Ini: 5 Alasan Mengapa Semakin Banyak Orang Beralih ke Pernikahan Poliamori?


Sumber : Canva

88baliweddingplanner.com ~ Pernikahan, sebuah hubungan yang telah ada sejak zaman dahulu, selalu mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Dari zaman nenek moyang kita hingga era modern saat ini, konsep pernikahan terus mengalami transformasi yang menarik. 

Salah satu fenomena menarik yang muncul belakangan ini adalah perubahan dari pernikahan monogami menjadi poliamori. Tapi sebelumnya mari kita lihat lebih dalam apa itu pernikahan monogami dan poliamori.

Baca juga : Tren Baru: Pernikahan Tanpa Anak Atau Child Free Semakin Populer, Kenapa?

Baca juga : Jangan Langsung Melamar! Pertimbangkan 20 Pertanyaan Ini Dulu!

Pernikahan Monogami adalah jenis pernikahan dimana satu orang hanya boleh menikah dengan satu orang lain dalam satu waktu. Artinya, dalam pernikhan monogami, kamu hanya dapat memiliki satu pasangan hidup dan tidak boleh menjalin hubungan romantis atau menikah dengan orang lain selama kamu masih menikah dengan pasangan yang sama . Ini adalah bentuk pernikahan yang paling umum di banyak budaya di seluruh dunia.

Sedangkan pernikahan Poliamori adalah jenis pernikahan dimana seseorang dapat memiliki lebih dari satu pasangan hidup pada saat yang bersamaan, dan semua orang yang terlibat dalam pernikahan tersebut mengetahui dan setuju hal tersebut. 

Dalam pernikahan poliamori, hubungan romanatisme bisa ada antara beberapa orang , dan komunikasi yang jujur dan terbuka sangat penting dalam pernikahan poliamori, cinta dan keterlibatan bisa dialami dengan lebih satu orang, asalkan semua pihak terlibat setuju dan menghormati peraturan yang telah disepakati bersama. 


Pernikahan Poliamori

Poliamori dapat melibatkan campuran pasangan heteroseksual dan homoseksual, dan semua orang yang terlibat biasanya memiliki hak yang sama dalam hubungan tersebut. Mari, kita bahas lima alasan mengapa pernikahan monogami bisa berubah menjadi poliamori.

1. Perubahan Pemikiran Tentang Hubungan

Pertama, perubahan dalam pemikiran tentang hubungan telah berperan penting dalam peralihan ini. Dahulu, konsep pernikahan monogami dianggap sebagai satu-satunya cara yang benar untuk menjalani hubungan yang serius. Namun, masyarakat modern semakin terbuka terhadap berbagai bentuk hubungan yang berbeda.

Dengan adanya diskusi tentang hak individu dalam menjalani kehidupan romantisnya, banyak orang merasa bahwa monogami bukan satu-satunya pilihan yang layak. Mereka mulai mempertimbangkan poliamori sebagai alternatif yang lebih sesuai dengan nilai-nilai mereka.

2. Perkembangan Komunikasi dan Teknologi

Perkembangan teknologi, khususnya internet, juga berperan dalam perubahan ini. Kini, orang dapat dengan mudah terhubung dengan orang-orang dari seluruh dunia dan berkomunikasi dengan mereka dalam waktu nyata. Hal ini membuka pintu bagi hubungan yang lebih beragam.

Pasangan yang menjalani pernikahan monogami sekarang dapat dengan mudah berkenalan dengan orang lain yang memiliki minat dan nilai serupa melalui platform online. Ini mendorong pemikiran bahwa pernikahan monogami tidak harus menjadi satu-satunya cara untuk memenuhi kebutuhan emosional dan intelektual.


3. Pemahaman tentang Kepuasan Emosional

Salah satu alasan kuat mengapa pernikahan monogami berubah menjadi poliamori adalah pemahaman yang lebih baik tentang kepuasan emosional. Banyak orang sekarang menyadari bahwa satu pasangan mungkin tidak bisa memenuhi semua kebutuhan mereka, baik emosional maupun fisik.

Dalam konteks ini, poliamori menawarkan fleksibilitas yang lebih besar, memungkinkan seseorang untuk memiliki beberapa hubungan yang memenuhi kebutuhan yang berbeda. Hal ini dapat meningkatkan kebahagiaan dalam pernikahan dan hubungan lainnya.


4. Menerima Keanekaragaman Identitas Seksual

Salah satu dampak positif perubahan sosial adalah menerima keanekaragaman identitas seksual. Pernikahan monogami sering kali didasarkan pada konsep heteronormatif, di mana pasangan terdiri dari seorang pria dan seorang wanita. Namun, pemahaman yang lebih baik tentang identitas gender dan seksual telah memungkinkan orang untuk menjalani hubungan sesuai dengan identitas mereka.

Poliamori memungkinkan individu untuk menjalani hubungan sesuai dengan identitas mereka tanpa takut diskriminasi atau ketidakpahaman dari masyarakat. Hal ini telah memicu pertumbuhan poliamori sebagai pilihan yang lebih inklusif.


5. Mengatasi Tantangan dalam Pernikahan

Terakhir, pernikahan monogami sering kali dihadapkan pada berbagai tantangan, seperti masalah kepercayaan, komunikasi yang buruk, atau kebosanan. Poliamori dapat menjadi cara untuk mengatasi tantangan ini dengan memberikan kesempatan untuk menjalin hubungan dengan orang lain tanpa harus mengakhiri pernikahan.

Bagi beberapa pasangan, poliamori dapat menjadi cara untuk memperkuat hubungan mereka dengan memungkinkan mereka untuk berbicara terbuka tentang kebutuhan mereka dan mencari solusi yang lebih baik.


Dalam dunia yang terus berubah, pernikahan monogami bukan lagi satu-satunya pilihan yang tersedia. Perubahan dalam pemikiran tentang hubungan, perkembangan teknologi, pemahaman tentang kepuasan emosional, penerimaan terhadap keanekaragaman identitas seksual, dan cara mengatasi tantangan dalam pernikahan semuanya telah berperan dalam mengubah pernikahan monogami menjadi poliamori. Pilihan ini memberikan fleksibilitas dan kebahagiaan yang lebih besar bagi banyak individu.

Baca juga : Fakta Mengejutkan: Dampak Perceraian Bagi Anak Yang Tidak Banyak Orang Pahami

Baca juga : Mengapa Banyak Pernikahan Gagal? : Ternyata Faktor Ini Sering Diabaikan


FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)

1. Apakah poliamori bisa berhasil dalam jangka panjang? 

Ya, banyak pasangan poliamori menjalani hubungan yang sukses dan bahagia dalam jangka panjang dengan komunikasi yang baik dan batasan yang jelas.

2. Apa tantangan utama dalam pernikahan poliamori? 

Tantangan utama termasuk manajemen waktu, komunikasi yang efektif, dan mengatasi rasa cemburu.

4. Apakah poliamori sesuai untuk semua orang? 

Tidak, poliamori sesuai hanya untuk orang-orang yang merasa nyaman dan setuju dengan konsep tersebut.

5. Apakah poliamori dapat mencegah perselingkuhan? 

Poliamori tidak selalu mencegah perselingkuhan, tetapi dapat memberikan cara yang lebih jujur dan terbuka untuk menjalani hubungan dengan orang lain.

 

Pernikahan Yang Fenomenal

Pernikahan poliamori adalah fenomena sosial yang dapat ditemukan di berbagai budaya dan komunitas di seluruh dunia. Beberapa contoh dari pernikahan poliamori yang mendapatkan perhatian atau menjadi trending di dunia meliputi:


1. Komunitas Poliamori di Amerika Serikat

Amerika Serikat memiliki sejumlah besar komunitas poliamori yang aktif di berbagai kota besar seperti San Francisco, New York, dan Seattle. Beberapa dari komunitas ini memiliki acara-acara khusus, konferensi, dan forum online yang mendiskusikan isu-isu terkait poliamori, serta membantu individu dalam menjalani hubungan poliamori yang sehat.

2. Poliamori dalam Dunia Selebriti

Beberapa selebriti terkenal juga telah membicarakan pengalaman mereka dengan poliamori, yang membuatnya menjadi trending. Contohnya adalah aktor Ethan Hawke yang terlibat dalam pernikahan terbuka, dan pasangan aktris Tilda Swinton yang hidup bersama dengan pasangan masing-masing.

3. Poliamori di Komunitas LGBTQ+

Beberapa individu di dalam komunitas LGBTQ+ memilih untuk menjalani hubungan poliamori. Hal ini sering kali terjadi karena masyarakat LGBTQ+ lebih terbuka terhadap berbagai bentuk hubungan dan identitas gender.

4. Penelitian dan Pemberitaan Media

Pernikahan poliamori juga menjadi trending karena penelitian ilmiah yang mengungkap manfaat dan tantangan dalam hubungan semacam itu. Beberapa media juga telah meliput cerita-cerita tentang keluarga-keluarga poliamori yang bahagia dan sukses.

5. Poliamori dalam Budaya Populer

Poliamori semakin mendapat sorotan dalam budaya populer, termasuk dalam acara televisi, film, dan buku. Beberapa karakter fiksi juga dihadirkan sebagai poliamori dalam karya-karya tersebut.

Baca juga : Pernikahan Sesama Jenis di Indonesia atau LGBTQ+: Sudah Di Legal-kan?

Perlu diingat bahwa poliamori adalah pilihan pribadi, dan apa yang bekerja untuk satu individu atau keluarga mungkin tidak cocok untuk yang lain. Penting untuk memahami bahwa poliamori harus didasarkan pada komunikasi yang jujur, persetujuan dari semua pihak yang terlibat, dan kesejahteraan emosional semua anggota hubungan.






Share:

Tren Baru: Pernikahan Tanpa Anak Atau Child Free Semakin Populer, Kenapa?

Sumber : Canva


88baliweddingplanner.com ~ Ada tren menarik yang berkembang di kalangan pasangan di seluruh dunia: pernikahan tanpa anak atau Child free. Pernikahan tanpa anak atau child free adalah gaya hidup yang semakin banyak dipilih oleh pasangan dari segala usia. Apa yang membuat tren ini begitu menarik?.


Baca juga : Jangan Langsung Melamar! Pertimbangkan 20 Pertanyaan Ini Dulu!

Baca juga : Fakta Mengejutkan: Dampak Perceraian Bagi Anak Yang Tidak Banyak Orang Pahami


Mengapa banyak pasangan memilih untuk tidak memiliki anak atau child free dalam pernikahannya?. Mari kita telusuri fenomena ini lebih jauh.


 

Pernikahan tanpa anak: Apa itu dan mengapa hal itu terjadi?

 

Pernikahan tanpa anak atau child free adalah suatu bentuk pernikahan di mana pasangan memutuskan untuk tidak mempunyai anak setelah menikah.


Ini adalah keputusan pribadi yang kompleks dan dipengaruhi oleh banyak hal yang berbeda. Beberapa pasangan mungkin memilih untuk tidak memiliki anak atau child free dengan berbagai alasan.

 

Apa yang penyebab tren ini?

 

Ada beberapa faktor yang mungkin mendorong pasangan untuk memilih pernikahan tanpa anak atau child free. Keputusan ini merupakan masalah yang sangat pribadi dan dipengaruhi oleh banyak pertimbangan berbeda. 


Berikut adalah beberapa faktor kunci yang mungkin mendorong pasangan untuk memilih pernikahan tanpa anak atau child free:


 

1. Karier dan pengembangan pribadi

 

Banyak pasangan mungkin ingin fokus pada pengembangan karier dan pencapaian pribadi sebelum mempertimbangkan untuk memiliki anak.

Mereka menginginkan lebih banyak waktu dan tenaga untuk mencapai tujuan profesional dan pribadinya tanpa harus mengurus anak.

 

2. Stabilitas ekonomi

 

Penitipan anak adalah tanggung jawab yang memerlukan investasi finansial yang besar.

Beberapa pasangan mungkin merasa bahwa mereka perlu mencapai stabilitas ekonomi yang lebih baik sebelum merasa nyaman memiliki anak. 


Hal ini mencakup memiliki rumah yang cukup besar, pendapatan yang stabil, dan uang yang cukup untuk menghidupi keluarga.

 

3. Kesehatan dan kondisi medis

  

Beberapa pasangan mungkin memiliki masalah kesehatan atau kondisi medis yang membuat mereka sulit memiliki anak kandung. Kondisi seperti infertilitas atau masalah genetik bisa menjadi faktor penting dalam keputusan untuk tidak memiliki anak.

 

4. Gaya hidup tanpa beban

 

Beberapa pasangan dapat menikmati gaya hidup yang bebas dan fleksibel tanpa harus merencanakan kehidupan mereka seputar pengasuhan anak.

Mereka dapat bepergian, menekuni hobi, dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial tanpa batasan waktu mengasuh anak.

 

5. Pilihan filosofis dan ideologis

 

Beberapa pasangan mungkin memiliki pandangan filosofis atau ideologi tertentu yang membuat mereka berpikir bahwa tidak memiliki anak adalah pilihan yang lebih sesuai dengan nilai-nilai mereka. Mereka mungkin mempunyai pandangan mengenai kelestarian lingkungan atau tanggung jawab sosial yang mengarahkan mereka ke arah tersebut.

 
6. Pengalaman traumatis

 

Pengalaman traumatis pada masa kanak-kanak atau pengalaman traumatis yang melibatkan anak-anak sebelumnya bisa jadi menyebabkan seseorang memutuskan untuk tidak memiliki anak dalam pernikahannya. Mereka mungkin tidak ingin mengulangi pengalaman negatif tersebut.

 

7. Komitmen terhadap kualitas hidup

 

Beberapa pasangan mungkin lebih fokus pada kualitas hidup daripada jumlah anak.

Mereka ingin memberikan perhatian penuh pada pasangannya dan mungkin khawatir memiliki anak akan mengurangi waktu dan perhatian yang dapat mereka berikan satu sama lain.

 

8. Pilihan berdasarkan usia

 

Pasangan yang terlambat menikah mungkin merasa waktunya untuk memiliki anak terbatas, sehingga mereka mungkin memilih untuk tidak memiliki anak untuk menikmati kehidupan pernikahan tanpa terlalu banyak tekanan pada waktu.


 

Semua faktor ini merupakan pertimbangan berharga dan pribadi ketika memutuskan apakah akan memiliki anak dalam suatu pernikahan. Penting untuk diingat bahwa tidak ada jawaban  benar atau salah terhadap pertanyaan ini, dan masing-masing pasangan berhak mengambil keputusan yang sejalan dengan keinginan dan nilai-nilai mereka.


Baca juga : Mengapa Banyak Pernikahan Gagal? : Ternyata Faktor Ini Sering Diabaikan

Baca juga : Pernikahan Sesama Jenis di Indonesia atau LGBTQ+: Sudah Di Legal-kan?

 


Keuntungan dari pernikahan tanpa anak atau Child free

 

Pernikahan tanpa anak memiliki kelebihan tersendiri antara lain : 


 

1. Fleksibilitas waktu

 

Pasangan dapat memiliki lebih banyak waktu untuk diri mereka sendiri dan mengejar minat mereka tanpa harus khawatir tentang pengasuhan anak.

 

 2. Pengendalian keuangan

 

Biaya penitipan anak dapat diminimalkan sehingga pasangan dapat memiliki stabilitas keuangan yang lebih baik.

 

 3. Karir dan pengembangan pribadi

 

Akan lebih mudah untuk fokus pada pengembangan karir dan pencapaian pribadi tanpa harus mengurus anak.

 

 4. Kualitas hubungan

 

Pasangan dapat saling memberikan perhatian penuh, sehingga meningkatkan kualitas hubungan mereka.

 
5. Pilihan hidup gratis

 

Pasangan dapat merencanakan dan melaksanakan perjalanan dan aktivitas sesuai keinginan mereka tanpa banyak batasan waktu.


 

F&Q

 

1. Apakah pernikahan tanpa anak merupakan pernikahan yang tidak bahagia?


Tidak, pernikahan tanpa anak bukan berarti pernikahan yang tidak bahagia.

Ini adalah pilihan gaya hidup wajar yang dipilih oleh banyak pasangan yang puas dengan keputusan mereka.

 

2. Apakah ada faktor risiko kesehatan yang terkait dengan tidak memiliki anak?


Tidak ada faktor risiko kesehatan otomatis yang terkait dengan pernikahan tanpa anak.

Keputusan untuk tidak memiliki anak dapat dipengaruhi oleh berbagai alasan medis, namun tidak selalu berkaitan dengan masalah kesehatan.

 

3. Apakah pernikahan tanpa anak berarti pasangan tersebut egois?


Tidak, memutuskan untuk tidak mempunyai anak bukanlah tanda keegoisan.

Setiap pasangan berhak menentukan pilihan yang sesuai dengan kehidupannya.


 4. Apakah pernikahan tanpa anak berdampak negatif terhadap lingkungan?


Beberapa orang percaya bahwa memiliki anak berdampak negatif terhadap lingkungan karena meningkatkan konsumsi sumber daya.

Namun, pernikahan tanpa anak dapat membantu mengurangi dampak lingkungan.

 

5. Apakah masyarakat menerima pernikahan tanpa anak?


Penerimaan masyarakat terhadap pernikahan tanpa anak bisa berbeda-beda. Beberapa orang mungkin memahami dan menghormati pilihan tersebut, sementara yang lain mungkin memiliki pendapat berbeda.

 

 Baca juga : Menikah Karena Cinta atau Hanya Mencari Manfaat dan Pelarian: Kamu Yang Mana?

Baca juga : Hubungan Beracun ( Toxic Relationship ) : Akhiri atau Bertahan ?



Pernikahan tanpa anak atau child free , merupakan tren yang berkembang di kalangan pasangan di seluruh dunia. Keputusan-keputusan ini dipengaruhi oleh banyak faktor berbeda, termasuk perubahan sosial, budaya dan ekonomi. 


Meski banyak perbedaan pendapat mengenai pernikahan tanpa anak, namun yang pasti hal tersebut merupakan pilihan pribadi yang patut dihormati. Setiap pasangan berhak memutuskan bagaimana mereka ingin menjalani kehidupan pernikahannya, dengan atau tanpa anak.




Share:

Jangan Langsung Melamar! Pertimbangkan 20 Pertanyaan Ini Dulu!


Sumber : Canva

88baliweddingplanner.com ~ Kamu mungkin saja telah mengenal pasanganmu sebelum menikah dan sedang mempertimbangkan ke jenjang yang lebih serius seperti pertunangan atau pernikahan. Atau bahkan kamu ragu untuk melanjutkan hubungan tersebut. 

Bagaimanapun situasi yang kamu hadapi dengan pasanganmu, cobalah untuk berkomunikasi lebih dekat dan lebih dalam lagi,  tidak ada salahnya bukan?.

Baca juga : Fakta Mengejutkan: Dampak Perceraian Bagi Anak Yang Tidak Banyak Orang Pahami

Baca juga : Mengapa Banyak Pernikahan Gagal? : Ternyata Faktor Ini Sering Diabaikan


Pertanyaan Yang Perlu Di Pertimbangkan

20 pertanyaan ini mungkin bisa membantu dirimu sendiri untuk bisa tahu dan mengevaluasi hubungan kamu untuk mengambil keputusan ke jenjang yang lebih serius lagi seperti pertunangan atau pernikahan.

1. Apakah kita sebagai pasangangan benar-benar menerima satu sama lain? 

Jika kamu tidak diijinkan untuk menjadi dirimu sendiri dan diterima sebagai pribadi yang unik dan istimewa yang apa adanya, meskipun memiliki kekurangan, sebaikanya pertimbangkan lagi untuk mengambil keputusan yang lebih serius.

2. Hati saya berkata apa? 

Apakah kamu merasa hubungan ini sehat dan bergerak dalam menuju arah yang positif?. Dengan alasan apapun, kamu memiliki intuisi. Maka dengarkan diri kamu sendiri.

3. Siapa saya? 

Pada saat kamu tidak mengetahui siapa dirimu sebenarnya , bagaimana kamu bisa mengetahui jika pasanganmu itu pantas untukmu?

Luangkan waktu untuk memikirkan tentang siapa kamu dan ingin menjadi apa? Kenali nilai-nilai yang ada pada dirimu, hal-hal yang tidak bisa kamu tawar, dan tujuan jangka pendek dan jangka panjangmu. 

Penting untuk memahami dengan baik apa yang kamu harapkan untuk pencapaian dalam hidupmu, serta apa yang sebenarnya kamu sukai dan tidak sukai sebelum kamu mengizinkan seseorang masuk dalam kehidupanmu.

4. Apakah pasangan saya selalu mendukung saya? 

Apakah saya merasa seperti bagian dari tim yang setia yang saling membela, mendukung satu sama lain, dan menunjukkan selalu di posisi terdepan (bahkan ketika yang lain tidak ada)? Atau sebaliknya, apakah kamu merasa seperti kamu yang terus-menerus menjadi obyek penderita oleh pasanganmu?

5. Apakah saya bahagia dalam hubungan ini? 

Ide berbagi kehidupan bersama adalah bukan untuk menemukan seseorang yang melengkapi atau membuat kamu bahagia. 

Tetapi mari kita lihat: menjadi tidak bahagia di rumah dapat mempengaruhi orang lain dalam hidup kamu dengan cepat. Jika kamu selalu bertengkar atau merasa tidak baik-baik saja dalam hubunganmu, itu tidak berarti kamu harus meninggalkannya (konseling mungkin menjadi pilihan yang baik), tetapi menikahi seseorang dengan harapan bahwa hal itu akan mengubah segalanya adalah ide yang buruk.

6. Apakah saya merasa terjebak? 

Apakah kamu benar-benar ingin berada dalam hubungan ini di sebagian besar waktumu atau terkadang kamu berharap bisa keluar?. Apakah kamu tetap akan berada di dalam lingkaran ini karena kamu telah menghabiskan sebagian besar waktumu atau karena kamu benar-benar tertarik pada pasanganmu?. Apakah kamu benar-benar menyukainya atau hanya sekedar diatas kertas?. 

7. Mengapa saya berada dalam hubungan ini? 

Apakah karena kamu menghormati, mencintai, percaya, dan menghargai orang yang bersama kamu? Atau karena kamu takut hidup sendirian, khawatir tentang keuangan, atau telah terlanjur membangun hidup yang kamu takut tinggalkan?

8. Apakah saya menjadi orang tua atau menjadi pasangan? 

Menjaga seseorang yang kamu cintai adalah hal yang terbaik untuk dilakukan, tetapi ketika kamu merasa seperti sedang membesarkan seorang pacar - atau bahkan lebih buruk, seorang suami - segalanya menjadi sedikit rumit. Kamu akan merasa kesal dengan cara-cara kekanakan mereka. Dan siapa yang ingin tidur dengan ibunya?

9. Apa yang saya lakukan untuk membuat kita bertahan?

Mungkin kamu bisa lebih perhatian, lebih bijaksana, lebih cepat melepaskannya, atau menjadi orang pertama yang mengajaknya pergi ke konseling. Mungkin kamu menjauhi mereka karena pengalaman dari masa kecilmu atau bisa juga karena teman-temanmu melakukan "apa yang selalu kamu lakukan". Apapun itu, anggaplah ini sebagai tanda untuk melangkah maju.

10. Apakah hubungan ini seimbang? 

Apakah kamu merasa kalian berdua berada pada misi yang sama dalam hal kompromi, perhatian, dukungan, usaha, dan pengorbanan? Ataukah salah satu dari kamu yang melakukan pengorbanan lebih besar  sementara pasanganmu hanya menunggu atau diam dengan tangan terulur?

11. Bisakah kita bersenang-senang bersama? 

Ini penting. Pernahkah kamu melihat dua orang duduk saling berhadapan dalam keheningan saat makan bersama seolah-olah mereka dipaksa untuk berjalan bersama sepanjang hari?. Ya sungguh tidak menyenangkan.

12. Apakah saya benar-benar percaya pada pasangan saya? 

Bagi beberapa orang, respons langsung terhadap ini bisa sangat menghancurkan. Jika kamu salah satunya, saatnya bertanya mengapa dan bagaimana kamu bisa mulai membangun atau memperbaiki kepercayaan. 

Tanpa ini, tidak ada peluang untuk melanjutkan.

13. Bisakah kita bersenang-senang sendiri tanpa pasangan kita ?

Terus-terusan ketergantungan bukanlah hal yang lucu bukan?

14. Akan mengarah kemana hubungan ini?

Mungkin situasi sekarang adalah keadaan baik, tetapi pada akhirnya, semua hubungan akan memerlukan rencana atau seseorang akan mulai merasa cemas. Apakah Anda memeriksa satu sama lain dan sadar akan harapan orang lain? 

15. Apakah saya bersama orang yang baik? 

Dengan mengetahui tentang pasangan kamu saat ini, apakah kamu akan merekomendasikan ke orang lain jika dia adalah seorang teman?

16. Apakah saya tertarik pada pasangan saya? 

Daya tarik fisik hampir merupakan komponen terpenting dalam sebuah hubungan, tetapi memaksakan diri untuk berada dalam hubungan dengan seseorang yang tidak memiliki daya tarik dan hanya karena nyaman atau "sempurna di atas kertas" bukanlah hal yang normal. Kamu akan merasa tersinggung dan mereka akan merasa ditolak oleh orang di sekitarmu.

17. Apakah kita memiliki pandangan yang sama? 

Beberapa pasangan menghindari pembicaraan serius seperti (agama, pernikahan, anak-anak) karena mereka berpikir bahwa, bagaimanapun nanti, semua hal ini akan berhasil dengan sendirinya. 

Ketika mereka menyadari bahwa itu tidak akan terjadi, mereka berada dalam situasi yang rumit dan menyakitkan yang membuat salah satu (atau keduanya) merasa dipermainkan. 

Jika kamu ingin memiliki anak dan pasangan mu berpikir bahwa kamu berdua hidup dalam masa sekarang dan baik-baik saja dengan keadaan saat ini, kamu sedang memberikan kerugian pada diri sendiri dan satu sama lain (dan membuang-buang waktu).

18. Apakah kita tumbuh bersama? 

Sebagai manusia yang hidup di dunia ini, kita semua memiliki hak untuk tumbuh dan berkembang serta menciptakan kehidupan yang baik untuk diri kita sendiri. Apakah kamu dan pasanganmu masih mengejar hasrat misi sendiri-sendiri?

19. Apakah saya masih menjadi diri saya sendiri? 

Mencintai seseorang seharusnya tidak mengharuskan kita mengubah identitas kita untuk sesuai dengan ide orang lain tentang siapa kita seharusnya, dalam segala tingkatan.

20. Apakah hubungan ini membuat kamu lebih baik atau lebih buruk?

Apakah pasanganmu mendorong kamu menjadi pribadi yang lebih baik , atau pasangamu merasa terintimidasi oleh setiap kesuksesan yang kamu capai dan merasa lebih aman saat kamu tidak berusaha sebaik mungkin atau gagal? .

Apakah dia membuat  kamu merasa aman dan dicintai, ataukah dia banyak membuat drama atau meninggalkan kamu saat kamu dalam ketidak pastian dan kebingungan?. 

Baca juga : Menikah Karena Cinta atau Hanya Mencari Manfaat dan Pelarian: Kamu Yang Mana?

Baca juga : Hubungan Beracun ( Toxic Relationship ) : Akhiri atau Bertahan ?

Hubungan yang bahagia dan sehat membawa perasaan tenang dan gembira ke dalam hidup kita, sedangkan pasangan yang toxic akan menguras emosi atau perasaan dan merendahkan kita. Jika pasanganmu tidak dapat diandalkan untuk ke jenjang yang lebih serius, lebih baik tinggalkan. 





Share:

Suami Istri Beda Pendapat soal Uang, Apa yang Harus Dilakukan?

Sumber : Canva 88baliweddingplanner.com ~ Uang adalah salah satu hal yang paling penting dalam kehidupan berumah tangga. Uang digunakan untu...

Cari Blog Ini

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Categories

Wedding Quote

"When you realize you want to spend the rest of your life with somebody, you want the rest of your life to start as soon as possible." (When Harry Met Sally Movie)